Minggu, 19 April 2009

BAB I
PENDAHULUAN


A.Latar Belakang

Istirahat dan tidur merupakan faktor penting bagi pemulihan kondisi tubuh setelah sehari penuh melakukan aktivitas. Tiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda untuk istirahat dan tidur. Jika istirahat dan tidur tidak cukup, maka kemampuan untuk berkonsentrasi, berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari akan menurun dan meningkatkan iritabilitas (Potter & Perry, 2005b).
Setiap manusia mempunyai kebutuhan dasar fisiologis untuk istirahat teratur. Jumlah kebutuhan istirahat bervariasi, tergantung pada kualitas tidur, kondisi tubuh, pola aktivitas, gaya hidup, dan umur seseorang. Sering pola istirahat tidur mengalami perubahan karena kondisi tertentu (Potter & Perry, 2005a), sehingga kebutuhan akan istirahat tidur berkurang misalnya pada ibu hamil dengan usia kehamilan trimester ketiga. Jika orang memperoleh tidur yang cukup, mereka merasa tenaganya telah pulih kembali. Beberapa ahli tidur yakin bahwa perasaan tenaga yang pulih ini menunjukkan waktu untuk perbaikan dan penyembuhan sistem tubuh untuk periode keterjagaan yang berikutnya (Potter & Perry, 2005b).
Menurut Gunawan dalam Sugiarto (2008) kebutuhan tidur yang cukup ditentukan selain oleh faktor jumlah jam tidur (kuantitas tidur), juga oleh faktor kedalaman tidur (kualitas tidur). Sehingga setiap orang dapat tidur dengan waktu yang pendek, namun dengan kedalaman tidur yang cukup. Sulit tidur sering terjadi selama kehamilan, hal ini disebabkan karena perubahan fisik dan psikis yang dialami oleh wanita hamil (Tiran, 2007).
Kehamilan adalah suatu keadaan dimana janin dikandung di dalam tubuh wanita, yang sebelumnya diawali dengan proses pembuahan dan kemudian akan diakhiri dengan proses persalinan (Aditama, 2006). Setiap wanita yang hamil akan diikuti dengan perubahan fisik dan emosional yang kompleks, sehingga memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi (Saifuddin, 2002).
Kehamilan yang sehat, kondisi fisik yang aman dan keadaan emosi yang memuaskan baik bagi ibu maupun bagi janin adalah hasil akhir yang diharapkan oleh ibu dan perawat maternitas. Banyak adaptasi maternal yang tidak diketahui ibu dan keluarganya sehingga menimbulkan respon tersendiri bagi ibu hamil. Berbagai informasi membangkitkan semangat ibu hamil untuk berpartisipasi dalam perawatannya sendiri. Hal ini tergantung kepada keingintahuannya, kebutuhannya akan pengetahuan dan kesiapannya untuk belajar (Bobak, 2004).
Menurut Rahmi (2008) di masa-masa kehamilan, beberapa wanita sering mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar istirahat tidur. Kondisi ini sebenarnya merupakan hal yang normal di awal kehamilan, sebab tubuh sedang bekerja untuk melindungi dan memelihara perkembangan janin. Pada minggu awal kehamilan, plasenta yang akan menjadi tempat bernaung janin, baru terbentuk. Tekanan darah dalam tubuh juga akan meningkat dan jantung memompa dengan cepat, sehingga istirahat tidur akan terganggu. Faktor lainnya yang menyebabkan seorang wanita hamil sulit tidur adalah, perut yang semakin membesar, gerakan bayi dalam kandungan dan rasa tidak enak di ulu hati yang membuat posisi tidur menjadi tidak nyaman. Gangguan tidur juga bisa diakibatkan kekhawatiran calon ibu untuk tidur dalam posisi tertentu, karena takut janin yang ada di dalam perut menjadi tidak nyaman.
Ketika usia kehamilannya bertambah, maka berat janin dalam perut bertambah, sehingga perut semakin membesar. Dengan adanya perubahan fisik pada tubuh wanita hamil maka akan menimbulkan emosi yang berbeda-beda tergantung pengalaman dan pengetahuan dari ibu hamil. Dengan adanya perubahan emosi, secara fisik tubuh mengalami perubahan, maka kesulitan tidur yang nyaman akan menjadi keluhan yang sering pada ibu hamil. Sehingga hal ini menyebabkan ibu hamil kesulitan dalam memenuhi kebutuhan tidur yang optimal (Bobak, 2004).
Keluhan tidur umumnya muncul saat usia kandungan memasuki trimester ketiga, dimana janin sudah tumbuh semakin besar sehingga terasa menyesakkan, perut yang besar juga akan menekan usus ke atas sehingga mendesak diafragma, akibatnya ibu hamil jadi susah bernapas. Janin yang membesar sering kali menekan kandung kemih, akibatnya sebentar-sebentar ibu ingin buang air kecil dan ini membuat ibu harus bolak-balik ke kamar mandi. Keadaan ini semakin membuat ibu hamil menjadi sulit beristirahat dan tidur (Delfi, 2006).
Alasan yang paling kuat mengapa kesulitan tidur terjadi adalah karena telah terjadi peningkatan ukuran janin. Bertambah besarnya ukuran pada janin membuat wanita hamil sulit menentukan posisi tidur yang nyaman. Bagi wanita yang terbiasa tidur dengan posisi terlentang atau tengkurap sebelum kehamilan, kehadiran janin tentu akan menyulitkan. Selain masalah kenyamanan, terdapat cukup banyak penyebab lainnya. Beberapa diantaranya, ada yang bersumber dari faktor fisik, sementara sisanya lebih bersifat psikologis. Misalnya beberapa ibu hamil mengeluhkan mengalami mimpi buruk, atau merasa kuatir (stres) memikirkan hari persalinan (Ong Tjandra, 2008).
Tidur lelap seolah menjadi 'barang mahal' di masa kehamilan. Wanita hamil yang sudah tidak bisa tidur dengan baik di awal kehamilannya kemungkinan akan merasa sangat sedikit tidur di kehamilan lanjut. Kesulitan dalam pemenuhan istirahat tidur, dapat membuat kondisi ibu hamil menurun, konsentrasi berkurang, mudah lelah, badan terasa pegal, tidak mood bekerja, dan cenderung emosional. Tentu saja hal ini dapat membuat beban kehamilan semakin berat. Selain harus menyesuaikan diri dengan perubahan hormon maupun perubahan fisik, wanita hamil juga harus berjuang menghadapi stamina yang menurun drastis (Bobak, 2004).
Salah satu dampak gangguan pemenuhan istirahat tidur adalah terjadinya stres emosional yang dialami oleh wanita hamil, sehingga mengakibatkan peningkatan detak jantung dan peningkatan hormon pemicu stres. Detak jantung yang semakin keras dapat mempengaruhi gerakan pada janin. Akibatnya, janin pun lebih aktif bergerak-gerak didalam rahim. Selain itu stres yang muncul dapat mempengaruhi nafsu makan ibu sehingga kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan oleh ibu dan janin berkurang. Jika intake makanan bergizi kurang, maka dikhawatirkan pertumbuhan janin akan terganggu (Hendra, 2007).
Selain itu, kurang tidur memberi efek buruk pada stamina diantaranya sakit kepala dan sulit konsentrasi. Kondisi ini tentu akan membuat pekerjaan menjadi terbengkalai. Kurang tidur juga dapat mengganggu metabolisme tubuh. Seperti yang sudah diketahui, tidur adalah proses pemulihan sel-sel tubuh. Jika proses ini terganggu tentu regenerasi sel-sel tubuh tidak akan maksimal. Akibatnya tubuh menjadi lemas, dan rentan terhadap berbagai penyakit. Keadaan kurang tidur juga dapat mengganggu kesehatan psikis, seperti mudah marah, dan menjadi sangat sensitif (Carolina, 2007). Oleh karena itu wanita hamil dianjurkan untuk merencanakan istirahat tidur yang teratur dan cukup, hal ini dapat dicapai dengan pengaturan posisi tidur untuk mencapai tidur yang berkualitas.
Wanita hamil sangat dianjurkan untuk tidur dengan posisi miring ke kiri, terutama dikehamilan 16 minggu, sebab janin akan mendapatkan aliran darah dan nutrisi yang lebih maksimal. Posisi ini juga membantu ginjal membuang sisa produk dan cairan dari tubuh, sehingga mengurangi pembengkakkan di kaki, pergelangan kaki dan tangan (Dewi, 2008). Posisi miring ke kanan juga aman bagi wanita hamil, sehingga bisa berganti posisi dari miring ke kiri atau kekanan, tergantung kenyamanannya. Supaya lebih nyaman dengan posisi ke kiri atau ke kanan dengan cara menaruh bantal diantara lutut dan bantal lainnya di punggung. Jadi manfaat yang diperoleh oleh wanita hamil dengan posisi ini adalah mengurangi resiko edema, darah rendah, dan pusing (Rahmi, 2008).
Berbagai sumber mengatakan bahwa banyak wanita hamil trimester III yang berkonsultasi kepada dokter atau petugas kesehatan untuk menanyakan perihal kesulitan menentukan posisi tidur karena takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada janin maupun pada ibu hamil sendiri, jika salah menentukan posisi tidur. Sehingga tidur yang dilakukan tidak efektif dan mempengaruhi aktifitas kesehariannya. Selain browsing, dari studi pendahuluan yang dilakukan pada beberapa pengalaman wanita hamil, mengungkapkan kesulitan tidur selama kehamilan, terutama pada usia kehamilan trimester ketiga. Hal ini dikarenakan membesarnya uterus sehingga sulit dalam menentukan posisi yang nyaman, selain itu sering berkemih dan kram pada kaki juga sering dikeluhkan dan terutama sering terjadi pada malam hari. Selain dari pengalaman wanita hamil, studi pendahuluan yang dilakukan dirumah bersalin, ternyata menurut Bidan yang berada di "Pondok Bersalin Tali Kasih" mengungkapkan kebanyakan wanita hamil, terutama pada trimester ketiga mengeluhkan kesulitan memenuhi istirahat tidur, hal ini dikarenakan terjadinya perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada ibu hamil, sehingga berpengaruh dalam penentuan posisi tidur selain itu tidur yang berkualitaspun jarang didapatkan.
Mengingat banyaknya permasalahan yang telah dijelaskan pada latar belakang dan dengan adanya fenomena yang terjadi pada ibu hamil, serta diperkuat oleh banyaknya fakta-fakta bahwa banyak ibu hamil yang berkonsultasi pada dokter perihal posisi tidur yang dapat berpengaruh terhadap efektifitas tidur pada ibu hamil. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul "Studi Fenomenologis Tindakan Ibu Hamil dalam Menentukan Posisi Tidur Untuk Mencapai Tidur yang Berkualitas Pada Timester III".

B. Masalah Penelitian

Kehamilan merupakan hal yang fisiologis, dan setiap wanita akan mengalaminya. Ketika umur kehamilan wanita mulai meningkat maka perubahan-perubahan fisiologis maupun psikologis akan terjadi. Jika wanita hamil tidak dapat mengadaptasikan perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya maka respon-respon emosional akan muncul dan berpengaruh terhadap kehamilannya. Terutama bila usia kehamilan sudah memasuki trimester III, maka perubahan fisik pada ibu hamil dapat mempengaruhi dalam menentukan posisi tidur yang nyaman, sehingga untuk memenuhi kebutuhan istirahat tidur akan terganggu.
Berbagai teori menjelaskan bahwa, posisi yang dianjurkan bagi wanita hamil dengan usia kehamilan timeser III adalah tidur dengan posisi miring kekiri untuk meningkatkan perfusi uterus dan oksigenasi fetoplasenta dengan mengurangi tekanan pada vena kava asenden (hipotensi supine), posisi miring kekanan juga baik untuk wanita hamil sehingga dapat merubah miring kekiri atau kekanan. Akan tetapi banyak wanita hamil dengan usia kehamilan trimester III belum mengerti posisi yang aman dan nyaman baik bagi ibu maupun janin yang ada didalam kandungan, selain itu belum ada penelitian yang berhubungan dengan posisi tidur pada wanita hamil. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah "Bagaimanakah fenomena tindakan ibu hamil dalam menentukan posisi tidur untuk mencapai tidur yang berkualitas pada trimester III di Kecamatan Ungaran?".

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Untuk mengeksplorasi tindakan ibu hamil dalam menentukan posisi tidur untuk mencapai tidur yang berkualitas pada trimester III di kecamatan Ungaran.

2. Tujuan Khusus
a. Mengeksplorasi persepsi ibu tentang tidur yang berkualitas di kecamatan Ungaran
b. Mengeksplorasi tindakan yang dilakukan oleh ibu hamil dalam menentukan posisi tidur pada trimester III di kecamatan Ungaran
c. Mengeksplorasi alasan yang dilakukan oleh ibu hamil terhadap perubahan posisi tidur di kecamatan Ungaran
d. Mengeksplorasi kualitas tidur ibu hamil pada trimester III di kecamatan Ungaran
e. Mengeksplorasi tentang dampak yang muncul akibat kurang tidur di kecamatan Ungaran

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian tentang fenomena tindakan ibu hamil dalam menentukan posisi tidur untuk mencapai tidur yang berkualitas pada trimester III di Keamatan Ungaran, maka manfaat yang dapat diambil adalah:

1. Bagi Masyarakat Umum dan Bagi Ibu Hamil
Untuk memberikan infomasi kepada masyarakat, terutama ibu hamil tentang pentingnya menentukan posisi tidur untuk mencapai tidur yang berkualitas, sehingga aktivitas sehari-hari tidak mengalami gangguan, keadaan psikologis klien tetap stabil, mengurangi dampak yang mungkin timbul pada ibu dan janin, kondisi janin sehat dan persalinan yang dilakukan lancar.

2. Bagi Instansi Kesehatan
Hasil penelitian dapat digunakan tambahan wacana dan informasi lebih lanjut di bidang keperawatan maternitas dalam menentukan posisi tidur ibu hamil trimester ketiga yang benar sehingga dihasilkan tidur yang berkualitas.

3. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan penelitian ini dapat digunakan bagi tenaga kesehatan terutama perawat maternitas dalam memberikan intervensi dan implementasi keperawatan terhadap ibu hamil trimester ketiga dalam menentukan posisi tidur untuk mencapai tidur yang berkualitas.

4. Bagi Peneliti
a. Mengembangkan teori yang sudah di dapatkan selama dalam bangku perkuliahan terutama pada mata kuliah keperawatan maternitas, dan dapat mengaplikasikan ke masyarakat.
b. Sebagai sumber dasar infomasi untuk penelitian lebih lanjut.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP TIDUR

1. Pengertian

Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan bawah sadar dimana orang tersebut dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya (Guyton & Hall, 1997). Tidur adalah sebagai bagian dari periode alamiah kesadaran yang terjadi ketika tubuh direstorasi (diperbaiki) yang dicirikan oleh rendahnya kesadaran dan keadaan metabolisme tubuh yang minimal (Achmanto, 2007).
Jadi tidur merupakan keadaan hilangnya kesadaran secara normal dan periodik, dengan tidur akan dapat diperoleh kesempatan untuk beristirahat dan memulihkan kondisi tubuh baik secara fisiologis maupun psikis, dan tidur merupakan aktivitas sehari hari yang menjadi kebutuhan dasar bagi setiap manusia.

2. Fisiologi Tidur
Tidur adalah proses fisiologis yang bersiklus yang bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan. Siklus tidur terjaga mempengaruhi dan mengatur fungsi fisiologis dan respon perilaku.
a. Irama Sirkadian
Menurut Potter & Perry (2005b) Irama sirkadian mempengaruhi pola fungsi biologis utama dan fungsi perilaku. Fluktuasi dan prakiraan suhu tubuh, denyut jantung, tekanan darah, sekresi hormon, kemampuan sensorik, dan suasana hati tergantung pada pemeliharaan siklus sirkadian 24 jam.
Rutinitas yang tipikal menyebabkan gangguan dalam tidur atau mencegah klien tertidur pada waktu biasanya. Jika siklus tidur-bangun seseorang berubah secara bermakna, maka akan menghasilkan kualitas tidur yang buruk. Kecemasan, kurang istirahat, mudah tersinggung, dan gangguan penilaian adalah gejala umum gangguan dalam siklus tidur. Jika siklus tidur-bangun menjadi terganggu, fungsi fisiologis lain dapat berubah juga. Kegagalan untuk mempertahankan siklus tidur-bangun individual yang biasanya dapat secara berlawanan mempengaruhi kesehatan keseluruhan seseorang (Potter & Perry, 2005b).
b. Pengaturan Tidur
Tidur merupakan suatu urutan keadaan fisiologis yang dipertahankan oleh integrasi tinggi aktivitas sistem saraf pusat yang berhubungan dengan perubahan dalam sistem saraf periferal, endokrin, kardiovaskular, pernapasan, dan muscular (Robinson, 1993 dalam Potter & Perry, 2005b). Kontrol dan pengaturan tidur tergantung pada hubungan antara dua mekanisme serebral yang mengaktivasi secara intermiten dan menekan pusat otak tertinggi untuk mengontrol tidur dan terjaga. Sebuah mekanisme meyebabkan terjaga, dan yang lain menyebabkan tertidur.
Sistem aktivasi retikular (SAR) berlokasi pada batang otak teratas. SAR dipercayai terdiri dari sel khusus yang mempertahankan kewaspadaan dan terjaga. SAR menerima stimulus sensori visual, auditori, nyeri, dan taktil. Aktivitas koreks serebral (misalnya proses emosi atau pikiran) juga menstimulasi SAR. Saat terbangun merupakan hasil dari neuron dalam SAR yang mengeluarkan katekolamin seperti norepinefrin (Sleep Research Society, 1993).

3. Tahapan Tidur
Menurut Potter & Perry (2005b) Tidur yang normal melibatkan dua fase: pergerakan mata yang tidak cepat (nonrapid eye movement, NREM), dan pergerakan mata yang cepat (rapid eye moement, REM).
a. Tahap 1: NREM
1) Tahap pertama meliputi tingkat paling dangkal dari tidur
2) Tahap berakhir beberapa menit
3) Pengurangan aktivitas fisiologis dimulai dengan penurunan secara bertahap tanda-tanda vital dan metabolisme
4) Seseorang mudah terbangun oleh stimulus sensori seperti suara
5) Ketika terbangun seseorang merasa seperti telah melamun
b. Tahap 2: NREM
1) Tahap kedua merupakan periode tidur besuara
2) Kemajuan relaksasi
3) Untuk terbangun masih relatif mudah
4) Tahap berakhir 10 hingga 20 menit
5) Kelanjutan fungsi tubuh mejadi lamban
c. Tahap 3: NREM
1) Tahap ketiga meliputi tahap awal dari tidur yang dalam
2) Orang yang tidur sulit dibangunkan dan jarang begerak
3) Otot-otot dalam keadaan santai penuh
4) Tanda-tanda vital mulai menurun tetapi tetap teratur
5) Ttahap berakhir 15 hingga 30 menit
d. Tahap 4: NREM
1) Tahap keempat merupakan tahap tidur terdalam
2) Sangat sulit untuk membangunkan orang yang tidur
3) Jika terjadi kurang tidur maka orang yang tidur akan menghabiskan porsi malam yang seimbang pada tahap ini
4) Tanda-tanda vital menurun secara bermakna dibanding selama jam terjaga
5) Tahap berakhir kurang lebih 15 hingga 30 menit
6) Tidur sambil berjalan dan enuresis dapat terjadi
e. Tidur REM
1) Mimpi yang penuh warna dan tampak hidup dapat terjadi pada REM. Mimpi yang kurang hidup dapat terjadi pada tahap yang lain
2) Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah mulai tidur
3) Hal ini dicirikan dari pergerakan mata yang cepat, fluktuasi jantung, kecepatan respirasi dan peningkatan tekanan darah
4) Terjadi penurunan tonus otot skelet
5) Peningkatan sekresi lambung
6) Sangat sulit sekali membangunkan orang yang tidur
7) Durasi tidur REM meningkat pada tiap siklus rata-rata 20 menit

4. Siklus Tidur
Secara normal pada orang dewasa, pola tidur rutin dimulai dengan periode sebelum tidur, selama seseorang terjaga hanya pada rasa kantuk yang bertahap berkembang secara teratur. Periode ini secara normal berakhir 10 hingga 30 menit, tetapi untuk seseorang yang memiliki kesulitan untuk tertidur, akan berlangsung satu jam atau lebih.
Ketika seseorang tertidur, biasanya melewati 4 sampai 6 siklus tidur penuh, tiap siklus tidur terdiri 4 tahap dari tidur NREM, diikuti kebalikan tahap 4 ke-3, lalu ke-2, diakhiri dengan periode dari tidur. Seseorang biasanya mencapai tidur REM sekitar 90 menit ke siklus tidur.
Dengan tiap-tiap siklus yang berhasil, tahap 3 dan 4 memendek, dan memperpanjang periode REM. Tidur REM dapat berakhir sampai 60 menit selama akhir siklus tidur. Tidak semua orang mengalami kamajuan yang konsisten menuju ke tahap tidur yang biasa. Perubahan tahap ke tahap cenderung menemani pergerakan tubuh dan perpindahan untuk tidur yang dangkal cenderung terjadi tiba-tiba, dengan perpindahan untuk tidur nyenyak cenderung bertahap (Closs, 1988 dalam Potter & Perry, 2005b).

Tahap pratidur

Non REM Non REM Non REM Non REM
Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4

Tidur REM


Non REM Non REM
Tahap 2 Tahap 3


Gambar 2.1: Tahap-tahap siklus tidur orang dewasa

5. Fungsi Tidur
Tidur dipercaya mengkontribusi pemulihan fisiologis dan psikologis (Oswald, 1984; Anch dkk, 1988 dalam Potter & Perry, 2005b). Selama tidur NREM, fungsi biologis menurun. Laju denyut jantung normal pada orang dewasa sehat sepanjang hari rata-rata 70 hingga 80 denyut per menit atau lebih rendah jika individu berada pada kondisi fisik yang sempurna. Akan tetapi selama tidur laju denyut jantung turun sampai 60 denyut per menit atau lebih rendah. Hal ini berarti bahwa denyut jantung 10 hingga 20 kali lebih sedikit dalam setiap menit selama tidur atau 60 hingga 120 kali lebih sedikit dalam setiap jam. Jadi tidur yang nyenyak bermanfaat dalam memelihara fungsi jantung.
Menurut Godam, (2008) Kegunaan atau fungsi dari Tidur yang cukup adalah regenerasi sel-sel tubuh yang rusak menjadi baru, memperlancar produksi hormon pertumbuhan tubuh, mengistirahatkan tubuh yang letih akibat aktivitas seharian, meningkatkan kekebalan tubuh dari serangan penyakit dan menambah konsentrasi dan kemampuan fisik.
Tidur nampaknya diperlukan untuk memperbaiki proses biologis secara rutin. Selama tidur gelombang rendah yang dalam (NREM tahap 4), tubuh melepaskan hormon pertumbuhan manusia untuk memperbaiki dan memperbaharui sel epitel dan khusus seperti sel otak (Horne, 1983; Mandleson, 1987; Born, Muth, dan Fehm, 1988 dalam Potter & Perry, 2005b).

6. Kebutuhan Tidur Normal
Durasi dan kualitas tidur beragam diantara orang-orang dari semua kelompok usia. Seseorang mungkin merasa cukup beristirahat dengan 4 jam tidur, sementara yang lain membutuhkan 10 jam. Kebanyakan remaja dan dewasa muda tidur malam hari sekitar 6 jam, tetapi hal ini bervariasi (Diahwati, Bandung). Kurang lebih 20% waktu tidur yang dihabiskan yaitu tidur REM, yang tetap konsisten sepanjang hidup. Dewasa muda yang sehat membutuhkan cukup tidur untuk berpartisipasi dalam kesibukan aktivitas sehari-hari. Akan tetapi, adalah hal yang umum untuk tuntutan gaya hidup yang mengganggu pola tidur yang umum. Stres pekerjaan, hubungan keluarga, dan aktivitas social dapat mengarah pada insomnia (misalnya kesulitan memulai dan atau mempertahankan tidur) dan penggunaan medikasi untuk tidur. Penggunaan jangka panjang medikasi tersebut dapat menggangu pola tidur dan memperburuk masalah insomnia (Potter & Perry, 2005b).

7. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tidur
Sejumlah faktor mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur. Seringkali faktor tunggal tidak hanya menjadi penyebab masalah tidur. Faktor biologis, psikologis, dan lingkungan dapat mengubah kualias dan kuantitas tidur.
a. Keluhan Fisik
Setiap keluhan yang menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan fisik (misalnya kesulitan bernafas), atau masalah suasana hati, seperti kecemasana atau depresi, dapat menyebabkan masalah tidur. Seseorang dengan perubahan tersebut mempunyai masalah kesulitan tertidur atau tetap tertidur (Potter & Perry, 2005b).
b. Lingkungan
Lingkungan merupakan suatu keadaan yang sangat mendukung terjadinya istirahat tidur, sehingga lingkungan yang positif attau negatif dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas tidur seseorang (Friskawati, 2005).
c. Psikologis
Faktor psikologis mempunyai pengaruh penting terhadap kemampuan untuk bisa memulai dan mempertahankan tidur. Kecemasan dan depresi yang dialami seseorang dapat mengganggu pola tidur. Stres emosional dapat menyebabkan seseorang menjadi tegang dan seringkali mengarah frustasi ketika tidak bisa tidur (Potter & Perry, 2005b).
d. Kehamilan
Kehamilan adalah masa terjadinya perubahan besar secara fisik dan emosional. Hal ini dikarenakan bayaknya perubahan-perubahan yang terjadi selama kehamilan, misalnya dengan membesarnya uterus maka akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan istirahat tidur karena kesulitan dalam menentukan posisi yang nyaman, selain itu perubahan hormon dapat menyebabkan perubahan psikis pada wanita hamil sehingga sulit untuk memulai maupun mempertahankan tidur (Tiran, 2007).

8. Tidur Berkualitas
Tidur yang berkualitas sama dengan tidur yang efektif dan optimal yaitu tidur yang tanpa mementingkan berapa lama waktu tidur tetapi tahap berapa yang sudah dilalui selama waktu tidur. Tidur merupakan sumber kesegaran, tenaga, dan vitalitas yang dibutuhkan untuk mengoptimalkan produktivitas keesokan harinya. Tidur yang berkualitas adalah kebutuhan mutlak yang sama pentingnya dengan makanan bergizi dan olah raga (Dave, 2008).
Terkadang tidur setengah jam akan lebih bermanfaat bagi tubuh dibandingkan selama 2 jam, dengan catatan pada tidur yang hanya setengah jam tersebut fase tidur REM dan NREM seimbang (Sugiarto, 2008). Tidur sebaiknya tidak terpotong atau terganggu. Dikatakan tidur berkualitas atau tidur cukup jika pada saat bangun, badan akan terasa segar dan tidak lelah, sega dalam hal ini tidak hanya tubuh melainkan juga otak. Jika masih merasa mengantuk pada saat bangun dan beraktivitas, maka tidur yang dilakukan tidak berkualitas (Carolyn, 2008).
Ternyata jam tidur manusia tidak hanya sebatas lama waktu yang digunakan untuk tidur, tetapi juga berbeda dalam kualitas. Kelompok yang mendapatkan tidur jenis Non-REM-dalam paling banyak ditemui di kelompok yang merasa cukup dengan jam tidur pendek (3-4 jam). Kelompok dengan jam tidur pendek, juga memiliki efisiensi tidur yang tinggi. Kelompok dengan jam tidur panjang kebanyakan mengalami tidur jenis Non-REM-dangkal dan REM, sehingga akhirnya tidur yang tidak berkualitas menjadi berkesinambungan (Lukman, 2008).


B. KONSEP KEHAMILAN

1. Pengertian

Kehamilan adalah berkembangnya embrio didalam uterus sejak terjadi fertilisasi hingga dilahirkan (Pratiwi, 2000). Lama kehamilan mulai dari ovulasi sampai dengan melahirkan yaitu 280 hari atau 40 minggu (Mochtar,1998).
Masa kehamilan dimulai dan konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari), dan tidak lebih dari 300 hari, dihitung dari hari pertama haid terakhir (Hanifa, 2005).

2. Periode Gestasi
Ditinjau dari perkembangan janin yang mempunyai tahapan perkembangan yang berbeda-beda dalam tiap bulannya maka, kehamilan dibagi dalam 3 periode yang disebut trimester (triwulan) (Hanifa, 2005).
a. Trimester Pertama
Waktu trimester pertama adalah 3 bulan pertama dihitung setelah hari pertama haid terakhir. Pada trimester pertama ini sistem organ penting tubuh janin mulai dibentuk namun, belum terjadi pembesaran yang jelas pada organ uterus (Hanifa, 2005). Segera setelah konsepsi, progesteron dan estrogen dalam tubuh meingkat sehingga dapat menyebabkan terjadinya morning sickness, kelemahan, keletihan dan, perasaan mual. Karena perubahan fisik dapat mempengaruhi emosi, maka pada umumnya wanita hamil pada trimester pertama mengalami depresi (Hamilton, 1995).
b. Trimester Kedua
Trimester kedua dimulai dari bulan ke-4 sampai bulan ke-6, beberapa sistem organ melanjutkan perkembangan dasar, sementara kemampuan fungsional organ lainnya disempurnakan. Pada akhir bulan keenam, rata-rata sistem organ sudah lengkap dan dapat berfungsi (Potter & Perry, 2005a). Namun, belum berfungsi secara sempurna dan viabilitas janin masih diragukan (Hanifa, 2005).
c. Trimester Ketiga
Selama 3 bulan terakhir merupakan trimester ketiga dalam kehamilan. Perut semakin membesar dan berat badan akan meningkat atara 3,2 kg sampai 3,4 kg menandakan janin bertambah besar dan sudah terbentuk sempurna (Hamilton, 1995). Pada akhir masa trimester ketiga ini janin yang normal secara fisik mampu unuk membuat peralihan dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin, sehingga janin yang akan dilahirkan telah viable (dapat hidup) (Potter & Perry, 2005a).

3. Perubahan Fisik Selama Kehamilan
Hampir seluruh tubuh wanita hamil mengalami perubahan, terutama pada alat kandungan, selain itu organ lainnya juga mengalami perubahan, kebanyakan perubahan ini akan normal kembali setelah persalinan dan perubahan ini dapat menggangu pola istirahat tidur.
a. Sistem Reproduksi
Hamilton (1995) Mengatakan ukuran uterus normal pada wanita sebesar telur ayam, ukuran uterus semakin membesar bersamaan dengan pertumbuhan janin dengan kapasitas uterus lebih dari 4000 cc, sehingga perut wanita hamil juga mengalami pembesaran secara nyata.
b. Sistem Kardiovaskuler
Selama kehamilan, jumlah darah yang dipompa oleh jantung setiap menitnya (cardiac output, curah jantung) meningkat sampai + 30%. Peningkatan ini mulai terjadi pada kehamilan 6 minggu dan mencapai puncaknya pada kehamilan 32 minggu (Mochtar, 1998).
c. Sistem Pernapasan
Sekitar 60 % wanita hamil megalami sesak nafas (Hamilton, 1995). Hal ini disesabkan oleh usus yang tertekan ke arah diafagma akibat dari pembesaran rahim, sehingga mengubah bentuk toraks namun tidak mengurangi kapasitas paru. Frekuensi respirasi meningkat untuk mendapatkan lebih banyak oksigen, keadaan ini dapat menimbulkan sedikit hipeventilasi (Farrer, 1999).
d. Sistem Perkemihan
Pada awal kehamilan suplai darah ke kandung kemih akan meningkat sehingga kerja ginjal sedikit berat dan menyebabkan frekuensi berkemih mengalami peningkatan tetapi tidak seperti pada trimester ketiga, dimana frekuensi berkemih akan lebih sering, hal ini dikarenakan penekanan uterus pada vesika urinaria (Hamilton, 1995).
e. Sistem Pencernaan
Sistem gastrointestinal akan terpengaruh karena meningkatnya kadar progesteron yang dapat menggangu keseimbangan cairan tubuh dan melambatkan kontraksi otot-otot polos (Hamilton, 1995). Perubahan pada sistem pencernaan ini dapat mengakibatkan morning sickness pada awal kehamilan, selain itu juga mengakibatkan heartburn dan konstipasi karena penurunan motilitas pada lambung dan usus sehingga memerlukan waktuyang lama untuk menyerap cairan (Farrer, 1999).
f. Hormon
Kehamilan mempengaruhi hampir semua hormon di dalam tubuh. Plasenta menghasilkan sejumlah hormon untuk membantu tubuh dalam mempertahankan kehamilan. Hormon utama yang dihasilkan oleh plasenta adalah HCG, yang berperan mencegah ovulasi dan merangsang pembentukan estrogen serta progesteron oleh ovarium untuk mempertahankan kehamilan. Plasenta juga menghasilkan hormon yang menyebabkan kelenjar tiroid menjadi lebih aktif. Kelenjar tiroid yang lebih aktif menyebabkan denyut jantung yang cepat, jantung berdebar-debar (palpitasi), keringat berlebihan dan perubahan suasana hati (Aditama, 2006).

4. Keluhan Ibu Hamil Tiap Periode Gestasi
Beberapa keluhan ibu hamil pada tiap peiode gestasi diantaranya adalah:
a. Keluhan trimester pertama
Menurut louise (2006) pada trimester pertama, kadar hormon dalam tubuh ibu sedang mengalami perubahan drastis yang sering memunculkan keluhan mual-muntah. Sehubungan dengan itu, keluhan sulit tidur biasanya muncul karena beberapa sebab berikut:
1) Stres
Ibu yang kurang siap menerima kehamilan kemungkinan akan mengalami tekanan psikis. Ketidaksiapan ini dikarenakan terlalu awal terjadi kehamilan dan tidak ingin terjadi perubahan pada tubuhnya. Perasaan tidak nyaman ini bila dibiarkan akan terakumulasi sebagai faktor presipitasi terjadinya stres, bahkan depresi dan berakibat sulit dalam pemenuhan istirahat tidur.
2) Perubahan hormon
Kebanyakan wanita hamil menunjukkan perubahan psikis yang drastis; misalnya mudah kesal, marah (sensitif), terlalu was-was sehingga dapat menyebabkan suasana hati tidak mood. Belum lagi keluhan mual-muntah, pusing, dan tidak enak badan yang dapat membuat wanita hamil merasa tertekan secara fisik maupun psikis. Bila hal ini terus-menerus dialami tanpa usaha sedikit pun untuk meredakannya, besar kemungkinan ibu jadi sulit beristirahat.
b. Keluhan trimester kedua
Pada trimester kedua wanita hamil sudah dapat beradaptasi dengan kondisi kehamilannya. Sejumlah keluhan yang dialami pada trimester pertama sudah mulai berkurang (Stoppard, 2006). Pada masa ini gejala mual, muntah, dan rasa nyeri pada payudara sudah mulai bekurang, sebagai akibat berkurangnya rasa mual, nafsu makan membaik dan energi yang dimiliki bertambah (Yusron & Christian, 2006).
c. Keluhan trimester ketiga
Memasuki trimester ketiga kehamilan, ketidaknyaman mulai menyertai wanita hamil. Ketidaknyamanan disebabkan karena faktor perubahan fisiologi dan anatomi pada kehamilan trimester ketiga, diantaranya adalah:
1) Punggung Pegal
Untuk mempertahankan keseimbangan tubuh, perut yang membesar akan menarik otot punggung lebih kencang. Beban yang berat membuat ibu hamil sering mengeluh pegal dan nyeri di tubuh bagian belakang, termasuk sekitar pinggang. Keluhan ini membuat tidur jadi tidak nyaman dan susah tidur (Yusron, 2006).
2) Posisi Tidur
Posisi tidur yang nyaman sulit didapat pada wanita hamil trimester ini. Posisi tengkurap jelas tidak dapat dilakukan bila usia kehamilan pada trimester ketiga. Hal ini karena dapat menekan janin yang ada diperut ibu dan dapat menyebabkan ketidaknyaman pada ibu maupun janin, sementara posisi terlentang akan membuat sesak nafas, susahnya menentukan posisi tidur ini umumnya dikeluhkan sebagai penyebab wanita hamil pada trimester ketiga sulit memenuhi kebutuhan istirahat tidur (Louise, 2006).
3) Sering buang air kecil
Seiring bertambah usia kehamilan maka uteus semakin membasar sehingga akan menekan kandung kemih. Akibatnya, kapasitas kandung kemih jadi terbatas sehingga wanita hamil sering buang air kecil. Dorongan untuk buang air kecil membuat wanita hamil sering kekamar mandi sehingga kebutuhan istirahat terganngu (Louise, 2006).
4) Kaki kram dan bengkak pada kaki
Kram kaki sering dialami pada trimester kedua dan ketiga, beberapa penyebabnya adalah akibat gangguan sirkulasi sehingga terjadi penumpukan cairan dalam tubuh. Kram kaki sering terjadi malam hari ketika tidur, kram dihubungkan dengan kadar garam dalam tubuh dan perubahan sirkulasi (Tiran, 2007).

5. Gangguan Istirahat Tidur Ibu Hamil
Di masa-masa kehamilan, beberapa wanita sering mengalami kesulitan tidur terutama usia kehamilan memasuki 3 bulan terakhir. Kondisi ini sebenarnya merupakan hal yang normal di awal kehamilan, sebab tubuh sedang bekerja untuk melindungi dan memelihara perkembangan janin. Pada minggu awal kehamilan, plasenta yang akan menjadi tempat bernaung janin, baru terbentuk. Tekanan darah dalam tubuh akan berlebihan dan jantung memompa dengan cepat, sehingga tidur ibu hamil mengalami gangguan (Rahmi, 2008).
Menurut Kusmiyati (2008) Sulit tidur sering terjadi selama kehamilan terutama pada trimester ketiga, oleh karena itu wanita hamil dianjurkan untuk merencanakan istirahat yang teratur khususnya seiring dengan kemajuan umur kehamilan. Jadwal istirahat dan tidur perlu diperhatikan dengan baik untuk kepentingan pertumbuhan dan perkembangan janin maupun memulihkan kondisi ibu.
Kelelahan hampir bersifat universal, khususnya pada masa awal kehamilan dan berulang lagi pada akhir kehamilan. Pada awalnya tubuh berusaha membiasakan dengan sirkulasi level hormon kehamilan, kemudian pada waktu akhir kehamilan disebabkan meningkatnya berat badan sehingga mengganggu istirahat tidur (Tiran, 2007).
Keluhan gangguan tidur disebabkan oleh beberapa faktor yaitu karena keadaan perut yang semakin membesar sehingga sulit menentukan posisi tidur yang nyaman (Dewi, 2008). Selain itu seringnya gerakan janin dan tertekannya kandung kemih akibatnya sering berkemih sehingga wanita hamil sering terjaga di malam hari (Yusron & Christian, 2006). Untuk mennghindari kelelahan menurut Tiran (2007) Istirahat tidur harus dilakukan kapanpun ketika ada waktu, baik itu siang maupun malam hari.
Menurut Rahmi (2008) Gangguan tidur juga bisa diakibatkan kekhawatiran calon ibu untuk tidur dalam posisi tertentu, karena takut janin didalam kandungan menjadi tidak nyaman. Tetapi tubuh wanita diciptakan unik, selain terlindung dengan baik, janin juga akan tetap merasa nyaman karena janin mengapung dalam cairan ketuban sehingga tetap bebas bergerak.

6. Posisi Tidur Ibu Hamil
Pada kehamilan trimester awal wanita hamil dapat tidur dan beristirahat dengan berbagai posisi, yang terpenting adalah dapat memberikan rasa nyaman. Posisi tidur yang nyaman akan sulit didapat oleh wanita hamil yang usia kehamilannya pada trimester ketiga dimana uterus mulai membesar sehingga sulit dalam menentukan posisi tidur. Beberapa posisi tidur ibu hamil:
a. Posisi Tengkurap
Menurut Rahmi (2008) dan Dewi (2008) Di awal kehamilan posisi ini cukup aman, namun paska kehamilan trimester pertama, saat payudara mulai membesar dan lebih sensitif, posisi ini tidak lagi disarankan. Begitu juga di minggu ke 14 saat perut mulai membesar, posisi ini tidak lagi nyaman sehingga harus menyokong paha dengan bantal. Dari hasil survei, di kehamilan 16 minggu, hanya 1 persen ibu hamil yang tidur dengan posisi ini dan 0 persen pada usia kehamilan di atas 16 minggu.
b. Posisi Telentang
Dianjurkan setelah kehamilan 16 minggu wanita hamil untuk tidak tidur telentang, karena dengan tidur posisi telentang meletakan seluruh berat rahim ke bagian belakang, usus, dan vena cava inferior. Tidur dengan posisi telentang juga dapat meningkatkan resiko sakit pinggang, wasir, gangguan pencernaan, menganggu pernafasan dan sirkulasi. Posisi tidur telentang pada trimester ke dua dan tiga juga dapat mempengaruhi tekanan darah. Seperti turunnya tekanan darah yang menimbulkan sakit kepala. Sedangkan wanita yang memiliki tekanan darah tinggi, posisi ini sama sekali tidak dianjurkan (Suririnah, 2004) dan (Dewi, 2008).
c. Posisi Miring Ke Kiri
Menurut Bobak (2004), Musbikin (2005), dan Dewi (2008) Wanita hamil sangat dianjurkan untuk tidur dengan posisi miring kekiri, terutama dikehamilan 16 minggu, karena janin akan mendapatkan aliran darah dan nutrisi yang lebih maksimal. Posisi ini juga membantu ginjal membuang sisa produk dan cairan dari tubuh, sehingga mengurangi pembengkakkan di kaki, pergelangan kaki dan tangan.
d. Posisi Miring Ke Kanan
Posisi ini juga aman bagi wanita hamil, sehingga dapat berganti posisi dari miring ke kiri atau kekanan, tergantung kenyamanannya (Dewi, 2008). Jika posisi punggung bayi kebetulan berada di sebelah kanan, pada saat tidur miring kekiri maka janin akan "memberontak" terus-menerus. Hal ini karena posisi janin seolah-olah jatuh tertelungkup, untuk mengatasinya dianjurkan untuk tidur miring kekanan (Musbikin, 2005)
Di kehamilan usia lanjut, saat perut telah begitu besar, akan merasakan kondisi kurang nyaman, seperti kram, sering buang air kecil, kontraksi palsu, tendangan bayi, dan peningkatan asam lambung yang membuat Anda kerap terbangun dan mengubah posisi tidur beberapa kali.
Belum ada penelitian lebih lanjut tentang posisi tidur yang aman untuk wanita hamil, tapi para pakar menganjurkan bahwa setelah kehamilan 16 minggu, sebaiknya wanita hamil tidur dengan posisi miring ke sisi kiri. Posisi tidur miring kekiri dianjurkan selama kehamilan karena posisi tidur miring ke sisi kiri dapat membantu mengoptimalkan aliran darah oksigen dan nutrisi ke fetoplasenta dengan mengurangi tekanan pada vena kava asenden (hipotensi supine) (Bobak, 2004). Menurut Rahmi (2008) Posisi miring kekiri juga membantu ginjal membuang sisa produk dan cairan dari tubuh, sehingga mengurangi pembengkakkan di kaki, pergelangan kaki dan tangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar